Ilusytrasi makan bergisi gratis (MBG) Foto: Ist
kontenkalteng.com,Sampit-Sekolah Rakyat Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) memperketat pengawasan terhadap kualitas makanan yang disajikan bagi siswa asrama. Setiap hidangan dari pihak penyedia (vendor) kini wajib melewati proses pemeriksaan ketat sebelum dibagikan kepada siswa.
Baca juga: Setiap Orang Berpontesi Kena Diabetes, Simak 5 Cara Pencegahannya
Kepala Sekolah Rakyat Kotim, Nikkon Bhastari, mengatakan pemeriksaan dilakukan secara langsung oleh tim wali asrama, wali asuh, dan guru yang bertugas. Langkah ini mencakup pengecekan suhu nasi, kematangan lauk, hingga kebersihan wadah makanan.
“Sebelum dibagikan ke anak-anak, semua makanan kami periksa. Nasi dicek hangatnya, lauk dibuka untuk memastikan sudah matang sempurna. Kalau ada yang belum layak, langsung kami minta vendor mengganti,” ujarnya, Selasa (28/10).

Menurut Nikkon, tindakan itu menjadi bentuk tanggung jawab pihak sekolah dalam menjaga kesehatan siswa. Ia menuturkan, dalam kejadian yang sempat beredar di media sosial baru-baru ini, pihak sekolah juga langsung menegur vendor dan menarik makanan yang dinilai belum layak konsumsi.
“Kadang terlihat matang dari luar, tapi setelah dibuka ternyata belum benar-benar matang. Saat itu langsung kami hentikan penyajiannya dan minta vendor mengganti dengan menu baru,” terangnya.
Pihak sekolah juga menjelaskan situasi tersebut secara terbuka kepada siswa agar tidak timbul kesalahpahaman. Nikkon mengatakan, para siswa memahami alasan keterlambatan waktu makan saat pergantian menu berlangsung.
“Kami sampaikan secara terbuka supaya mereka tahu alasannya. Anak-anak juga jadi belajar memahami pentingnya makanan yang benar-benar layak,” katanya.
Ia menambahkan, setelah kejadian itu, vendor langsung melakukan evaluasi dan perbaikan dalam proses pengolahan makanan. Sekolah pun segera melaporkan situasi tersebut ke Dinas Sosial serta Wakil Bupati Kotim untuk memastikan pembenahan berjalan baik.
“Setelah berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan vendor, semuanya sudah dibenahi. Kami juga sudah laporkan ke pemerintah daerah,” ujarnya.
Nikkon memastikan tidak ada siswa yang terdampak secara psikologis akibat insiden tersebut. (DV-OR1)