Perjalanan Malam Di Jalan Trans Kalimantan (Dok. Pribadi)
Berkendaraan pada malam hari saat menempuh perjalanan jauh tentu akan menyenangkan. Selain menghindari ramainya lalulintas, juga saat malam hari tak merasakan teriknya matahari seperti pada saat siang.
Baca juga: Berani Uji Nyali ? Ini 5 Tempat Angker di Indonesia yang Terkenal dan Melegenda
Namun apa jadinya bila berkendaraan pada malam bukan kenyamanan didapat tetapi justru ketegangan yang selalu menyelimuti sepanjang perjalanan.
Kisah ini adalah sebuah kejadian nyata yang seorang wartawan sebuah terbitan Jakarta yang bertugas di Palangka Raya, Kalteng. Dia mengaku mendapatkan pengalaman yang menurutnya horor dan tak pernah terlupakan seumur hidupnya saat harus berkendara menggunakan mobil pada malam hari dipedalaman tepatnya di Jalan Trans Kalimantan untuk kembali pulang dari Banjarmasin ke Palangka Raya.
Ceritanya, saat perayaan lebaran beberapa tahun lalu bersama suami dan seorang anaknya mudik ke Banjarmasin, Kalsel untuk melakukan ziarah kubur orang tuanya dan silaturahmi keluarga.
Karena saat itu adalah hari raya, maka dirumah sang kakak, sejumlah makanan lezat terhidang, mulai ketupat, opor ayam, kering tempe dan tak ketinggalan jajan pasar.
Mulai dari lemang, jajanan tradisonal yang terbuat dari ketan yang terbuat dari ketan dan untuk memasaknya dimasukan kedalam bambu.
Tak ketinggalan kue lupis , kue khas yang terbuat dari ketan rasanya manis dan bewarna hijau karena dicampur dengan hijau pandan sehingga baunya harum. Untuk menikmati lupis cukup ditaburi kelapa parut dan dibaluri dengan cairan kental gula merah.
"Karena rasanya yang lezat itulah suami saya ingin membawa pulang ke kue Palangka Raya,"ujarnya.
Namun ia mengaku menolak untuk membawa kue lupis itu mengingat perjalanan pulang ke Palangka Raya akan ditempuh pada malam hari mengingat padatnya acara saat itu.
Sebab menurut dia, berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, bila melakukan perjalanan dipedalaman Kalimantan pada malam hari, jangan pernah membawa jajan pasar seperti Lemang, lupis, apem hingga telur dan sejenisnya.
Makanan jenis ini menurut kisah adalah merupakan makanan sesaji dan juga makan yang sangat digemari oleh para mahluk halus yang menghuni ‘alam lain’.
"Saya ingat Almarhumah ibu pernah bilang jangan pernah bawa jajanan itu kalau berkendaraan dipedalaman jalan Kalimantan".ujarnya.
Selain sang ibu, adik sepupunya juga sudah mengingatkan agar tak usah bawa kue lupis karena pulangnya malam hari.
Kalaupun mau dibawa agar dilemparkan sedikit kejalanan sambil mengucapkan, "Datuk kami berbagi wadai ( kue), kami jangan diganggu ya," ujarnya menirukan.
"Tapi suami saya tetap ngotot untuk membawanya dengan alasan tahayul dan belum ada buktinya. Walaupun sedikit jengkel kue lupis itu akhirnya kita bawa juga ,"katanya.
ilustrasi Berkendaraan Malam (dok.tribunnews)
Nah disinilah kisah horor itu dimulai. Ceritanya saat itu ketika magrib ia dan keluarganya sudah memasuki sekitar Jembatan Pulang Pisau, jembatan sepanjang hampir 500 meter diatas Sungai Kahayan.
Tak membutuhkan waktu lama , wanita diberi kelebihan Indra keenam untuk bisa melihat dunia lain mengaku saat menyetir dan masuki. Jembatan, ia merasa seperti ada orang yang menepuk lengannya sebanyak dua kali..
Iapun menoleh ke sang suami tapi ternyata suaminya sedang mendengkur di bangku belakang.
"Sayapun berhenti dan memutuskan untuk 'membagi' kue dan bergantian menyopir dengan suaminya. Namun justru saat tak menyopir inilah semakin banyak 'penduduk alam lain' yang datang menyapa dan seolah-olah ingin meminta jatah kue itu.
"Tak henti-hentinya saya berdoa dalam hati kepada Tuhan agar perjalanan kami dilancarkan,"ungkapnya.
Kejadian ini terus menerus hingga memasuki jalan layang di Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau
Ia juga merasakan setelah sang suami gantian menyopir ternyata suaminya semakin ngebut dan saat ditegur suaminya mengatakan tidak ngebut.
"Karena takut terjadi apa-apa, hampir satu jam perjalanan, kendali stir saya ambil alih,"ujarnya.
Kejadian horor yang silih berganti itu kata dia berlangsung hampir dua jam selama perjalanan dari Kabupaten Pulang Pisau ke Palangka Raya. Dan saat masuk kota Palangka Raya barulah kondisi kembali normal.
"Dengan kejadian ini saya kapok dan tak mau lagi membawa jajanan seperti itu saat berkendara pada malam hari di jalan Trans Kalimantan,"pungkasnya.(Redaksi)