Sejumlah siswa di SDN11 Langkai Palangka Raya nampak menggunakan masker akibat kabut asap karhutla (foto: kontenkalteng.com)
kontenkalteng.com , Palangka Raya – Ketua Persatuan Guru Republik Indonessia (PGRI) Provinsi Kalteng, Prof.Dr.H. Suriansyah Murhaini,SH,MH mengatakan, kabut asap sebagai dampak dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla), telah menimbulkan kesulitan tersendiri bagi dunia Pendidikan di Kalteng.
Baca juga: Komisi III Sebut Ini Penyebab Kesenjangan Sosial Masih Terjadi Di Kotim
“Jadi yang rentan terdampak tidak hanya anak – anak usia PAUD/TK, SD, SMP dan SMA sederajat saja, bahkan para mahasiswa perguruan tinggi tentunya juga rentan terdampak efek kabut asap,” ungkap Suriansyah, beberapa waktu lalu (Jumat, 08/09/2023).
Tak bisa dipungkiri lanjut dia, meliburkan anak didik dari aktivitas belajar di sekolah atau aktivitas kuliah di perguruan tinggi saat kabut asap, maka sudah barang tentu merugikan yakni banyak pelajaran yang tertinggal.
“Maka itu harus ada kebijakan yang tepat. Dalam hal ini dinas pendidikan memiliki kewenangan akan hal itu, dengan dasar pertimbangan serta koordinasi bersama berbagai pihak, dalam melihat situasi dan kondisi,” tukasnya.
Menurut Suriansyah, kabut asap akibat karhutla di wilayah Kalteng dalam penanganannya maupun kondisinya tidak sama terjadi pada suatu wilayahnya. Contohnya di Kabupaten Kotim, kabut asap lebih tebal dibanding kota atau kabupaten lainnya di Kalteng.
Karenanya, dalam kondisi itu dinas pendidikan bersama pemerintah daerah, bisa saja mengambil kebijakan meliburkan peserta didik. Dengan pertimbangan kabut asap sudah membahayakan.
Sementara untuk menyiasati agar proses belajar anak didik tetap berjalan, maka sistem pembelajaran online atau daring menjadi salah satu yang bisa diterapkan.
“Sistem pembelajaran online atau daring ini menjadi alternatif yang bisa dilakukan. Jadi tidak perlu meramu dan merumuskan kurikulum pembelajaran alternatif selama masa darurat bencana kabut asap,” demikian Suriansyah. (Sur/OR1)