Ternyata Ini Penyebabnya, Musim Durian Picu Kenaikan Harga Rotan Mentah di Kotim

Sejumlah orang saat membersihkan rotan mentah di perusahaan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Foto:Devy-kontenkalteng.com)

kontenkalteng.com,Palangka Raya-Sampit -  Harga rotan mentah di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mengalami kenaikan signifikan selama musim durian. Fenomena ini sudah menjadi tren tahunan di daerah tersebut.

Baca juga: Tekan Inflasi Pemerintah Daerah Diminta Berdayakan Petani Lokal

 H Dahlan Ismail, pengusaha rotan di Kecamatan Kota Besi, mengungkapkan bahwa harga rotan mentah saat ini mencapai Rp4.700 per kilogram, naik dari harga sebelumnya yang hanya Rp4.000 per kilogram.

Kenaikan harga rotan ini dikaitkan dengan kebiasaan para petani yang lebih memilih memanen durian daripada rotan. Hal ini dikarenakan durian dianggap lebih menguntungkan dan mudah dipanen. Akibatnya, pasokan rotan dari petani berkurang, sementara permintaan tetap tinggi.

 "Saat musim durian, banyak petani yang memilih menunggu durian jatuh karena dinilai lebih menguntungkan dibanding memanen rotan. Dampaknya, pasokan dan stok rotan dari petani berkurang, sehingga harga naik karena permintaan tetap tinggi," jelasnya, Rabu,(15/1/2025).

Kenaikan harga rotan ini terjadi sejak akhir tahun 2024 dan diperkirakan akan terus berlangsung hingga memasuki musim panen buah duku. "Nanti saat musim buah langsat (duku) biasanya akan terjadi fenomena yang sama, harga rotan akan tinggi. Ini tentu menguntungkan petani," tambah Dahlan.

Dahlan mendapatkan pasokan rotan dari kebunnya sendiri di Kecamatan Kota Besi, serta membeli dari petani rotan di kecamatan itu dan sekitarnya, khususnya Kecamatan Cempaga yang dikenal sebagai daerah penghasil rotan di Kotim.

 Biasanya, Dahlan mampu mengirim sekitar 50 ton rotan ke Cirebon setiap bulannya. Namun, saat ini stok rotan menipis sehingga hanya mampu mengirim sekitar 20 ton.

 "Kondisi stok rotan di gudangnya yang sedang kosong menguatkan bahwa harga sedang tinggi lantaran pasokan rotan dari petani berkurang dari biasanya," ujar Dahlan.

 Dahlan menjelaskan bahwa fenomena ini terjadi karena memanen durian dan langsat lebih mudah dibandingkan memanen rotan yang memerlukan tenaga, waktu, dan biaya untuk mengangkutnya.

 Kenaikan harga rotan ini tentu menjadi angin segar bagi para petani rotan di Kotim. Namun, di sisi lain, hal ini juga berdampak pada ketersediaan rotan di pasaran.(Devy-OR1)